"Jadilah pemimpi yang mendunia, yang masih menapakkan kaki di bumi"
"Batas antara MIMPI dan GILA adalah tali kekang kesadaran"

Senin, 31 Mei 2010

Lewat Karya Kurangkai Sebuah Cerita : Inspirasi!



“Angkat tulisan, sebarkan ilmu, gerak!”
“Siap Laksanakan!”
Gaya militer di atas rasanya tidak berlebihan untuk memulai tulisanku ini. Selain akan mengobarkan rasa semangat untuk berjuang, pada hakikatnya para penulis adalah memang pejuang yang mengandalkan tulisan sebagai senjatanya untuk memerangi kebodohan dan mencukupi kehausan ilmu yang dibutuhkan oleh masyarakat luas. Fungsi pena bagi seorang penulis sama artinya dengan fungsi senapan bagi tentara atau fungsi stetoskop bagi dokter. Berbicara tentang perjuangan dalam dunia menulis, maka tentunya kita tidak akan melewatkan sebuah nama yang paling berpengaruh, yaitu “Helvy Tiana Rosa”. Bunda Helvy memang pantas dijadikan sebagai komandan yang menyerukan pernyataan pertama di atas.

Bunda yang lahir pada 2 April 1970 ini telah menyatu dengan ide, sehingga tangan dinginnya mampu menggoreskan mahakarya yang tidak diragukan lagi kualitasnya. Banyak penghargaan telah diraih oleh ibu dari Abdurahman Faiz dan Nadya Paramitha ini, salah satunya adalah SheCAN! Award dari Tupperware sebagai Wanita Inspiratif Indonesia. Istri dari Tomi Satryatomo ini adalah salah satu orang luar biasa yang berasal dari dunia perempuan yang mampu membuktikan di hadapan pertemuan perempuan lainnya bahwa kita mampu berkarya. Perjuangan menuju titik sukses tentulah tidak mudah, Nyanyian perjalanan menuju titik itu harus ditempuh dengan penuh pengorbanan. Hanya manusia-manusia langit lah yang mampu mencapainya dengan sekejap mata.

Kisah Bunda Helvy bukan di negeri dongeng. Semangatnya menjalar begitu nyata hingga sampai kepadaku. Aku yang waktu itu pernah terpuruk akan suatu keadaan dan masih minder ketika memakai jilbab pertamaku, akhirnya seperti menemukan lentera di tengah kegelapan ketika membaca biografi “Helvy Tiana Rosa”, seorang penulis muda perempuan dengan banyak karya. Perlahan tapi pasti, sebuah pemikiran mulai menyusup ke dalam benakku : kenapa aku tidak seperti beliau?? Akhirnya aku pun mulai mengikuti jejaknya dengan satu harapan bahwa dengan menulis bisa bikin kaya.

Sungguh, awal yang sangat berat bagiku, sampai seorang sahabat mengatakan bahwa jangan berorientasi pada hasil, tapi proses menuju hasil dan lakukanlah semuanya dengan CINTA, karena ketika cinta menemukanmu maka segalanya akan terasa mudah. Segenggam gumam dari seorang sahabat tersebut akhirnya menjadi bensin yang membakar semangatku. Ya, sahabat memang selalu datang pada saat yang tepat, akhirnya aku mengerti bahwa di sini ada cinta. Kecintaanku pada sebuah dunia baru yang kusebut sebagai dunia pena. Dunia dimana aku bisa mencari senyuman.

From Zero To Hero!
Aku yang dulu masih kelas 1 SMK, mulai mengayunkan penaku dengan mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat SMU/K se-Bandung Raya di Pusda’i dengan tajuk “Teknologi Anak Bagi Islami”. Juara 3 kujadikan sebagai kado pernikahanku dengan dunia pena. Ini juga yang akan menjadi titian pelangi yang begitu indah dalam perjalanan hidupku. Sejak itu penaku tidak pernah berhenti untuk terus berkarya, meskipun tidak selalu berujung pada sebuah kemenangan. Aku tetap cinta pada duniaku, sebab sastra yang merenggutku dari pasrah. Mungkin pula aku sudah sampai pada tahapan ketika duka tersenyum. Jadi, aku pun mulai mengerti bahwa menulis memang bisa membuat orang menjadi kaya. Kaya ilmu, kaya cinta, kaya sahabat dan terlebih lagi kaya akan ide, hingga batu pun bicara.

Risalah cintaku pada dunia pena akhirnya memberi kesempatan kepadaku untuk menginjakan kaki di tanah Bali dengan gratis pada tahun 2005. Saat itu aku mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat Nasional yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Nasional. Sebuah hasil yang manis yang kudapat dari perjuangan yang pahit. Seperti matahari tak pernah sendiri, aku pun tidak berjuang sendiri untuk sampai pada masa-masa seperti itu. Jika aku ditanya di tanah perempuan dengan pertanyaaan, “Siapakah yang mengisi semangatmu?”. Maka aku akan menjawab Bunda Helvy adalah orang kedua setelah ibuku. Bunda Helvy lah cikal bakal aku menemukan potensiku.

Ya, inilah aku yang masih bagaikan setetes air di tengah lautan karya Bunda Helvy. Tapi aku yakin aku bisa mengikuti jejak Bunda Helvy. Sebab aku cinta, sebab aku angin. Aku punya cinta yang bisa dijadikan modal untuk tetap bertahan di dunia pena dan semangatku bagaikan angin yang selalu ada di setiap musim.

Bunda Helvy adalah perempuan bermata lembut yang mampu memancarkan inspirasi bagi mereka yang mau berpikir dan berjuang. Bunda Helvy pula lah yang menjadi contoh bagiku sebagai wanita yang mengalahkan setan malas yang selalu hadir dalam diri setiap insan. Semoga karya Bunda Helvy akan selalu ada dan terus memancarkan inspirasi bagi semua insan termasuk aku. Semoga semangat berjuang di dunia pena tetap menghiasi pelangi nuraniku, karena dunia pena bukanlah negeri para pesulap yang menghasilkan karya dalam hitungan detik. Dunia pena adalah mesin waktu yang akan mengantarkan seseorang menjadi sukses jika mau berjuang dan tetap bersemangat.
***

Selasa, 04 Mei 2010

Potret Jendela Dunia Kita!




Indonesia Berprestasi


"Potret Jendela Dunia Kita;
Saat banjir merendamnya, apakah api semangat pun harus ikut meredup bahkan padam?"

(sebuah potret tragis dari para siswa yang tinggal di daerah Dayeuh Kolot - Baleendah)

Rabu, 03 Maret 2010

GTSDK, Why Not?? (GTSDK = Gerakan Tidur Siang di Kantor)

Menggelitik memang ketika saya membaca artikel “10 Kiat Bisa Bobo Siang di Kantor.” Adapun beberapa alasannya adalah : Pertama, saya pribadi baru tau kalau di dunia ini ada yang namanya Organisasi Tidur Siang. Kedua, ternyata ada juga orang yang meneliti tentang “kenakalan” tidur siang di kantor. Hebatnya lagi hasil penelitian itu menyatakan bahwa dengan tidur setengah jam dapat meningkatkan prestasi sampai 20% dan Jerman sudah mengaplikasikannya di berbagai instansi. Wooow, artikel menarik nih buat saya review. Kali aja cocok diaplikasikan di Indonesia. Alasan pamungkas yang membuat saya semakin tercengang adalah ketika dicek ke situs zeepvrij.nl, artikel tersebut diposting tanggal 22/03/2009 oleh Ellen. Namanya sama dengan namaku??

Yuks, mari kita analisis bareng-bareng bener g sih pernyataan yang menyebutkan bahwa dengan tidur setengah jam dapat meningkatkan produktifitas sebanyak 20%. Dengan bantuan Om Google, paranormal informasi yang serba tahu, akhirnya ditemukan fakta berikut :

“Sebuah penelitian menjelaskan bahwa tidur siang di kantor sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung. Dalam sebuah riset yang melibatkan lebih dari 23 ribu laki-laki dan perempuan Yunani berusia 20 – 86 tahun terungkap bahwa tidur siang sedikitnya 30 menit dapat mengurangi resiko kematian akibat penyakit jantung. Selain itu, tidur siang juga dapat mengurangi stress dan detak jantung berlebihan yang membuat kerja terhambat.”

“Studi NASA pun menyebutkan bahwa dengan tidur siang dapat meningkatkan kinerja pilotnya”

Masih banyak lagi fakta-fakta lainnya yang menunjukan konektifitas antara tidur siang dan peningkatan produktifitas. Mau tau lebih banyak? Silahkan tanya Om Google yang pintar!

Dipikir secara logika memang dengan tidur siang, para karyawan akan lebih giat dalam bekerja. Masih tidak percaya? Yuk kita hitung secara matematik!

Misalnya, Si A bekerja di bagian pengemasan dapat mengemas produk sebanyak 800 pcs/hari (tentunya dengan 8 jam kerja). Kita anggap pernyataan dengan tidur setengah jam dapat meningkatkan produktifitas sebanyak 20% adalah benar, jadi 20% x 800 = 160 pcs. Maka dikurangi setengah jam tidur siang, dalam sehari dia akan mampu mengemas 750 + 160 = 910 pcs. Wow, untung 110 pcs bukan perusahaan?

Tetapi, terlepas dari keuntungannya, kira-kira cocok g ya GTSDK (baca : Gerakan Tidur Siang Di Kantor) diterapkan di Indonesia? Soalnya tidur siang masih dianggap sebagai “kenakalan”, apalagi dilakukan di jam kerja. Di peraturan perusahaan saya contohnya, masih berlaku ketentuan barang siapa yang tidur saat jam kerja akan dikenakan sanksi berupa Surat Peringatan ke-1 dan muka judes dari atasan sebagai bonusnya.

Pro-kontra memang akan selalu ada dalam setiap perkara, jadi untuk menengahi, saya sekedar mengusulkan saran. Bagaimana kalau semua tidur GTSDK’ers Indonesia (sebutan baru untuk orang yang suka tidur siang di kantor) membuat komitmen yang ditandatangani dan disahkan di depan Organisasi Tidur Siang sebagai berikut :

  1. Berjanji akan tidur siang tepat waktu, yaitu 30 menit.
  2. Berjanji bahwa tujuan tidur siang adlah untuk meningkatkan produktifitas kerja, bukan untuk tujuan malas-malasan apalagi menghindar dari atasan.
  3. Jika dalam 3 bulan berturut-turut dengan tidur siang terbukti tidak dapat meningkatkan produktifitas, maka GTSDK boleh dihapuskan.

Para pengusaha dan pemilik perusahaan, bagaimana dengan usulan yang ditawarkan di atas? Masih dilarangkah GTSDK?***


Notes :

Tulisan ini pernah diikutsertakan dalam review artikel di Radio Ranesi..

Minggu, 10 Januari 2010

>>> SEBUAH RENUNGAN <<<

Saat mata terkaburkan oleh nafsu

Jalan lurus membentang di hadapanku

Tapi, aku seolah berenggan diri

Terlena akan rutinitas yang terjadi

Bukan ragu yang menghantuiku, tapi ketakutan

Ketakutan yang begitu mendalam

Katakutan yang menimbulkan sebuah tanya :

“Akankah ini jalan yang menuju pada-Mu?”


Ya Allah...

Yang Maha Pemberi ketakutan, Yang Menguasai diri ini,

Ampunilah kebodohan dan kealfaanku

Aku hanyalah seorang manusia yang lemah

Dengan pendengaran, penglihatan dan hati yang diberikan oleh-Mu itu,

Aku tidak bisa memikirkan kebesaran-Mu



Ya Allah...

Kenapa aku harus memikirkan ketakutan itu?

Bukankah jiwa ini hanya tertaut pada-Mu?

Bukankah tujuan ini tertuju pada-Mu?

Lalu, kenapa aku harus takut?

Bukankah ketika aku mendekati-Mu dengan berjalan, Engkau akan menghampiriku dengan berlari?

Dan bukankah Engkau sesungguhnya lebih dekat dari urat leherku sendiri?

Kenapa aku harus takut melangkah?


Dimanakah jiwa Salman Al Faritsi itu?

Sang Pencari Kebenaran...

Tidak mudah jalan yang dia tempuh,

tapi dengan tekad dan niat yang sungguh-sungguh

dia akhirnya bisa bertemu dengan utusan-Mu,

Pembawa kabar gembira dan Pemberi Peringatan di muka bumi


Ya Allah...

Yaa Rahman...Yaa Rahim...

Masih pantaskah aku mempertanyakan?

Sebuah tanya yang tak ubahnya topeng

Topeng atas ketakutanku

Topeng atas egoku

Topeng atas kepengecutanku


Ya Alah..

janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan

sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami,

dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau;

karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)

(QS. Ali Imran : 8)


Ya Allah..

Izinkan aku menutup mataku sejenak

Izinkan aku mencoba membayangkan aku terlahir pada masa Rasulullah SAW

Akankah aku termasuk orang yang membelanya?

Akankah aku termasuk pengikutnya?

Akankah aku termasuk orang yang rela mati karena menegakkan aqidah “Laa Ilaha Ilaalah”?

Akankah aku bisa memiliki jiwa Bilal itu?

Yang meskipun seorang budak, ditimpa batu besar, dia tetap pada aqidahnya

Mulutnya tak henti-hentinya mengucapkan

“Laa ilaha Ilaalah...Ahad...Ahad...”


Ataukah aku justru termasuk orang yang melempari Rasulullah SAW dengan batu?

Meludahinya, menghinanya dan menganggap bahwa dia seorang penyihir, pemberontak

Di tengah adat kebiasaan yang aku dapati saat itu,

Dimana semua orang menyembah patung berhala sebagai Tuhannya

Menganggap yang mendatangkan rezeki baginya dan mengatur kehidupannya

Tiba-tiba saja...

Ada seorang manusia yang bernama Muhammad yang menyatakan bahwa dirinya adalah utusan Allah dan menyerukan tauhid...tauhid... dan tauhid...

Laa Ilaha Ilaalah, Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah, Hanya Allah semata


Bukankah rasionalisme-ku akan memberontak?

Akankah aku termasuk orang yang bisa mengalahkan logika?

Akankah aku termasuk yang memegang aqidah dengan kuat?

Bukankah aqidah harus berada di atas logika?


Ya Allah...

Saat aku membuka mataku,

Dengan hidupku saat ini, detik ini, keadaannya tak jauh berbeda

Berhala-berhala itu masih ada,

Walau tidak dalam bentuk patung yang terbuat dari batu

Berhala itu kini berbentuk harta, pangkat, profesi, jabatan, ego, modernisasi, bahkan cinta yang aku rasakan pun bisa jadi berhala?

Ya, bukankah aku masih menyembah hal itu?


Dimanakah makna syahadatku?

Bukankah aku mengakui syahadat adalah rukun Islam pertama?

Merupakan pondasi dari semuanya

Tiada Tuhan Yang Patut Disembah selain Allah,

Dan Muhammad adalah utusan Allah,


Tapi, apa yang aku sembah?

Masihkah berhala-berhala itu?

Apa yang aku ikuti?

Masihkah hawa nafsu ini?


Saatnya aku bangkit, lari dan mencari risalah-Mu itu, mencari kebenaran

Aku-lah yang harus jadi Salman Al-Faritsi saat ini

Saatnya aku melangkah ke jalan-Mu

Ya Allah...

Izinkan aku menutup mata kembali

Izinkan aku mencoba membayangkan aku sebagai Siti Hajar?

Mampukah aku menjalankan titah-Mu?

Meninggalkan kampung halaman dan menuju tanah yang tandus, kering tanpa air?

Mampukah aku melakukan itu demi totalitas dan kepasrahanku pada-Mu?

Ditambah dengan seorang anak yang masih bayi, yang memerlukan air...


Sepi, sendiri dan gelisah...

Akankah aku punya sebuah keyakinan : Keyakinan akan cinta-Mu

Sebuah PENGHARAPAN...

Tapi dengan itu, haruskah aku diam?

Menunggu datangnya air dari langit?

Menunggu keajaiban?


Akankah aku berlari dari bukit Safa menuju Marwah?

Tapi, bisa terbayangkan kah bila aku telah berlari, dengan susah payah, tapi air tak juga aku temukan?

Tidak berpikirkah aku?

Bahwa bukan usaha yang keras yang menimbulkan hasil, tapi cinta-Mu

Air itu datang karena cinta-Mu. Zamzam itu.


Ya Allah...

Saat aku membuka mata,

Pantaskah aku masih bertanya, haruskah aku menjalankan perintah-Mu?

Demi totalitas dan kepasrahan pada-Mu

Pantaskah aku bertanya, apakah perjuanganku akan berhasil?

TIDAK!!! TIDAK!!! Aku tidak pantas lagi bertanya-tanya...

Bukan hasil yang diperoleh.. Bukan... Bukan...


Siti Hajar pun tidak memperoleh hasil dari apa yang dia usahakan,

tapi karena Cinta-Mu air itu ada

Sebagai manusia, aku hanya bisa melakukan sebuah usaha, usaha dan usaha yang sungguh-sungguh

Usaha yang berdasarkan hanya bergantung pada-Mu?

Biarkanlah Engkau yang menentukan hasilnya?

Aku sadar aku tidak akan masuk surga karena usahaku dan amalku,

Aku hanya akan masuk surga dengan ridho-Mu

Engkaulah Pemilik Surga itu

Dan bagaimana aku bisa mendapatkan surga-Mu,

kalau aku tidak bisa mencapai tujuan atas penciptaan diriku ini?

Aku tidak menjalankan peranku sebagai hamba-Mu

Aku tidak menjalankan peranku sebagai khalifah-Mu


Ya Allah...Ya Rabb...

Ya Ghoffar... Ampunilah atas kekhilafanku

Atas kebodohanku... Atas pertanyaan-pertanyaanku yang bodoh pula...

Aku hanya bisa berharap pertanyaan itulah yang mengantarkanku pada-Mu..

Ya Allah...

Izinkan aku menutup mata lagi

Izinkan aku membayangkan kehidupan bapak dari para Nabi, Ibrahim.

Ketika dia dilahirkan di rumah Azar, seorang pembuat berhala..

Ibrahim mulai mempertanyakan siapa Tuhannya?

Ketika malam telah menjadi gelap,

dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku"

Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata:

"Saya tidak suka kepada yang tenggelam"

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku"

Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat"



Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar"

maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

( QS. Al An’am : 76-79)


Ibrahim kemudian menyeru pada ayahnya sendiri:

"Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun?

Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.

Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.

Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa adzab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan".


Kemudia bapaknya berkata:

Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama".


Ibrahim pun hanya bisa berkata :

"Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.

Dan aku akan menjauhkan diri dari padamu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku". (QS. Maryam : 42-48)


Kemudian Allah menguji Ibrahim,

Setelah bertahun-tahun dia mendambakan anak kemudian diberilah Ismail

Lalu, Allah meminta Ibrahim mengurbankan Ismail


Perguncangan hebat pun terjadi dalam diri Ibrahim,

Antara taat pada Allah dan kecintaan pada Ismail?

Setan dengan bujuk rayunya, mencoba menyamarkan perintah Allah itu?

Hanya sebuah mimpi, akankah itu perintah?!?

Mimpi...


Tidak mudah bagi Ibrahim untuk melaksanakan perintah Allah

Dia benar-benar bergelut antara patuh dan cinta?

Tapi ternyata, kecintaannya pada Ismail tidak menyamarkan cinta-Nya pada Allah?

Bahkan tidak mengurangi sedikit pun kecintaannya pada Allah



Perintah itu pun dilakukan oleh Ibrahim

Dengan berat hati, dia mengatakan perintah Allah itu pada anaknya, Ismail

"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar"


Pada akhirnya, Allah pun menujukan keagungan-Nya,

Dia menebus Ismail dengan seekor sembelihan yang besar.

(Ash Shaffat : 101-111)


Allah tidak haus darah

Dia butuh kualitas jiwa

Mengorbankan kecintaan bukan domba atau darah..


Subhanallah... Maha Benar Allah...


Saat aku membuka mataku,

Melihat diri ini, melihat diriku saat ini

Aku dilahirkan di keluarga ini, keluarga yang penuh canda tawa, keluarga yang hangat bukanlah keinginanku, bukan pula pesananku

Ini adalah kehendak Allah, kehendak-Mu

Karena qudrah dan iradaah-Mu..

Dan aku pun yakin Engkau tidak akan meminta pertanggungjawaban atas qudrah dan iradah yang terjadi atas diriku


Tapi, bagaimana dengan qudrah dan iradah-Mu itu aku bisa mengingat-Mu, hanya bergantung pada-Mu, hanya Allah tidak ada Illah-Illah yang lain,


Bagaimana di tengah keluargaku,

Aku tidak terlena..

Aku tetap ingat pada-Mu..


Ingatlah Ibrahim, dia dihadirkan di tengah keluarga pembuat berhala

Belajarlah dari Ibrahim!!

Aku tidak ada apa-apanya...

Justru, akulah yang membuat keluargaku sebagai berhalaku..

Kecintaanku pada keluarga

Membuat aku enggan beranjak dari hangatnya kasih sayang keluargaku

Pikiran yang sempit yang membuatku enggan

Ya, pemikiran yang begitu sempit

Aku menganggap bahwa ketika aku melangkah, aku meninggalkan semuanya..

Tidak... Tidak seperti itu...


Bukankah aku diperintahkan untuk berbuat baik :

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.


Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. Lukman : 14-15)


Kenapa aku harus enggan untuk melangkah?

Aku tidak akan kehilangan..

Aku hanya harus menempatkan kecintaanku pada-Mu di atas kecintaan orang tuaku


Ya Alah...

Dengan menyebut nama-Mu.. Aku sembelih Ismailku...


Harta...!!!

Lagi-lagi pikiran sempit ini berkata ketika aku melangkah

aku harus meninggalkan dunia

Bodohnya aku...!

Aku melangkah bukan untuk jadi sufi..!!


Memahami hakekat, bukan berarti meninggalkan syariat

Camkan dan ingatlah itu!!!



Al Qarni dalam “Cambuk Hati” menuliskan bahwa :



Pengertian meninggalkan tidak berarti meninggalkan harta, keluarga dan anak, tetapi mengerjakan ketaatan pada Allah dan memprioritaskan pahala yang ada di sisi Allah dalam sikap mengambil dan meninggalkannya

Jika adanya dunia dapat memperbaikki ketaatan Anda kepada Allah dantidak adanya justru dapat merusak ketaatan Anda kepada Allah, jangan hiraukan perkataan orang bahwa dunia itu tercela dan peliharalah oleh diri dan amal Anda apa yang menjadi kemashlahatan bagi dunia Anda.

Sesungguhnya orang yang taat kepada Allah berkenaan dengan dunianya terpuji di sisi Allah.

Sesungguhnya yang dikenai kecaman dan celaan dalam mengambil keduniawian ialah apabila yang bersangkutan berkhianat terhadap Allah berkenaan dengannya.


Apalagi yang harus aku pikirkan???

Kalaupun Allah memerintahku untuk meminta hartaku, apa yang harus aku takutkan?

Bukankah aku pergi menghampiri Sang Pemberi Harta, Sang pengatur Rezeki??

Apa yang harus aku takutkan?


Aku tidak punya apa-apa?

Semua milik Allhah... Hanya Allah...


Ya Allah...

Dengan menyebut nama-Mu... Aku sembelih lagi Ismail-ku..


CINTA...??? JODOH...??? PASANGAN HIDUP....???

Pantaskah aku ragu karena itu?

Belum tentu usiaku sampai pada waktu-waktu seperti itu

Tidakkah aku memikirkan keselamatan diriku?

Apakah hari ini, detik ini, aku berada dalam rangka berbakti pada Allah?

Kenapa pikiranku melayang pada hal-hal yang jauh?


Pikirkan keselamatanmu...!!!

Yakinlah bahwa Allah telah mengatur-Nya.

Yakinlah...


Meyakini hakekat bukan berarti meninggalkan syariat

Tapi, detik ini, dalam usiaku saat ini

Belum saatnya aku memikrkan syariat tentang hal ini


Someone... Somewhere... is made for me...


Aku hanya bisa berharap,

Satukanlah kami dalam menggapai kecintaan-Mu, ya Illahi...!!!


Aku datang menghampiri-Mu...!!!

Maha dari Segala Maha!!

Kenapa aku harus takut...?!??

Apa yang aku takutkan..???

Yakinlah pertolongan-Mu begitu dekat, janji-Mu adalah sebenar-benar janji!

Kepada siapa aku bergantung, selain kepdamu, Ya Allah!!!


Ya Allah...

Dengan menyebut nama-Mu... Aku sembelih Ismail-ku..


Aku hadapkan wajahmu kepada-Mu...

Ampuni aku Ya Allah...


(^_^)