"Jadilah pemimpi yang mendunia, yang masih menapakkan kaki di bumi"
"Batas antara MIMPI dan GILA adalah tali kekang kesadaran"

Senin, 31 Mei 2010

Lewat Karya Kurangkai Sebuah Cerita : Inspirasi!



“Angkat tulisan, sebarkan ilmu, gerak!”
“Siap Laksanakan!”
Gaya militer di atas rasanya tidak berlebihan untuk memulai tulisanku ini. Selain akan mengobarkan rasa semangat untuk berjuang, pada hakikatnya para penulis adalah memang pejuang yang mengandalkan tulisan sebagai senjatanya untuk memerangi kebodohan dan mencukupi kehausan ilmu yang dibutuhkan oleh masyarakat luas. Fungsi pena bagi seorang penulis sama artinya dengan fungsi senapan bagi tentara atau fungsi stetoskop bagi dokter. Berbicara tentang perjuangan dalam dunia menulis, maka tentunya kita tidak akan melewatkan sebuah nama yang paling berpengaruh, yaitu “Helvy Tiana Rosa”. Bunda Helvy memang pantas dijadikan sebagai komandan yang menyerukan pernyataan pertama di atas.

Bunda yang lahir pada 2 April 1970 ini telah menyatu dengan ide, sehingga tangan dinginnya mampu menggoreskan mahakarya yang tidak diragukan lagi kualitasnya. Banyak penghargaan telah diraih oleh ibu dari Abdurahman Faiz dan Nadya Paramitha ini, salah satunya adalah SheCAN! Award dari Tupperware sebagai Wanita Inspiratif Indonesia. Istri dari Tomi Satryatomo ini adalah salah satu orang luar biasa yang berasal dari dunia perempuan yang mampu membuktikan di hadapan pertemuan perempuan lainnya bahwa kita mampu berkarya. Perjuangan menuju titik sukses tentulah tidak mudah, Nyanyian perjalanan menuju titik itu harus ditempuh dengan penuh pengorbanan. Hanya manusia-manusia langit lah yang mampu mencapainya dengan sekejap mata.

Kisah Bunda Helvy bukan di negeri dongeng. Semangatnya menjalar begitu nyata hingga sampai kepadaku. Aku yang waktu itu pernah terpuruk akan suatu keadaan dan masih minder ketika memakai jilbab pertamaku, akhirnya seperti menemukan lentera di tengah kegelapan ketika membaca biografi “Helvy Tiana Rosa”, seorang penulis muda perempuan dengan banyak karya. Perlahan tapi pasti, sebuah pemikiran mulai menyusup ke dalam benakku : kenapa aku tidak seperti beliau?? Akhirnya aku pun mulai mengikuti jejaknya dengan satu harapan bahwa dengan menulis bisa bikin kaya.

Sungguh, awal yang sangat berat bagiku, sampai seorang sahabat mengatakan bahwa jangan berorientasi pada hasil, tapi proses menuju hasil dan lakukanlah semuanya dengan CINTA, karena ketika cinta menemukanmu maka segalanya akan terasa mudah. Segenggam gumam dari seorang sahabat tersebut akhirnya menjadi bensin yang membakar semangatku. Ya, sahabat memang selalu datang pada saat yang tepat, akhirnya aku mengerti bahwa di sini ada cinta. Kecintaanku pada sebuah dunia baru yang kusebut sebagai dunia pena. Dunia dimana aku bisa mencari senyuman.

From Zero To Hero!
Aku yang dulu masih kelas 1 SMK, mulai mengayunkan penaku dengan mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat SMU/K se-Bandung Raya di Pusda’i dengan tajuk “Teknologi Anak Bagi Islami”. Juara 3 kujadikan sebagai kado pernikahanku dengan dunia pena. Ini juga yang akan menjadi titian pelangi yang begitu indah dalam perjalanan hidupku. Sejak itu penaku tidak pernah berhenti untuk terus berkarya, meskipun tidak selalu berujung pada sebuah kemenangan. Aku tetap cinta pada duniaku, sebab sastra yang merenggutku dari pasrah. Mungkin pula aku sudah sampai pada tahapan ketika duka tersenyum. Jadi, aku pun mulai mengerti bahwa menulis memang bisa membuat orang menjadi kaya. Kaya ilmu, kaya cinta, kaya sahabat dan terlebih lagi kaya akan ide, hingga batu pun bicara.

Risalah cintaku pada dunia pena akhirnya memberi kesempatan kepadaku untuk menginjakan kaki di tanah Bali dengan gratis pada tahun 2005. Saat itu aku mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat Nasional yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Nasional. Sebuah hasil yang manis yang kudapat dari perjuangan yang pahit. Seperti matahari tak pernah sendiri, aku pun tidak berjuang sendiri untuk sampai pada masa-masa seperti itu. Jika aku ditanya di tanah perempuan dengan pertanyaaan, “Siapakah yang mengisi semangatmu?”. Maka aku akan menjawab Bunda Helvy adalah orang kedua setelah ibuku. Bunda Helvy lah cikal bakal aku menemukan potensiku.

Ya, inilah aku yang masih bagaikan setetes air di tengah lautan karya Bunda Helvy. Tapi aku yakin aku bisa mengikuti jejak Bunda Helvy. Sebab aku cinta, sebab aku angin. Aku punya cinta yang bisa dijadikan modal untuk tetap bertahan di dunia pena dan semangatku bagaikan angin yang selalu ada di setiap musim.

Bunda Helvy adalah perempuan bermata lembut yang mampu memancarkan inspirasi bagi mereka yang mau berpikir dan berjuang. Bunda Helvy pula lah yang menjadi contoh bagiku sebagai wanita yang mengalahkan setan malas yang selalu hadir dalam diri setiap insan. Semoga karya Bunda Helvy akan selalu ada dan terus memancarkan inspirasi bagi semua insan termasuk aku. Semoga semangat berjuang di dunia pena tetap menghiasi pelangi nuraniku, karena dunia pena bukanlah negeri para pesulap yang menghasilkan karya dalam hitungan detik. Dunia pena adalah mesin waktu yang akan mengantarkan seseorang menjadi sukses jika mau berjuang dan tetap bersemangat.
***

Selasa, 04 Mei 2010

Potret Jendela Dunia Kita!




Indonesia Berprestasi


"Potret Jendela Dunia Kita;
Saat banjir merendamnya, apakah api semangat pun harus ikut meredup bahkan padam?"

(sebuah potret tragis dari para siswa yang tinggal di daerah Dayeuh Kolot - Baleendah)